Unggulan

Sejarah Dakwah Klasik: Periode Bani Umayyah dan Bani Abbas

 Penulis: Dr. Arifin Zain, M.Ag.

 

Bani Umayyah merupakan dinasti tertua dalam sejarah peradaban umat Islam di dunia. Dinasti ini didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan pada tahun 40 H (66 M.), dengan ibu kotanya Damaskus. Dinasti Bani Umayyah masih memiliki hubungan yang erat dengan nabi Muhammad, tepatnya bertemu pada Abd Manaf bin Qurasy. Di Makkah, Umayyah terkenal karena kekuasaannya di bidang politik dan ekonomi, sehingga menjadi orang terkuat di kota Makkah. Dalam catatan sejarah, mereka memeluk Islam setelah terjadinya Fath al-Makkah, artinya mereka merupakan salah satu di antara kelompok yang terakhir masuk Islam. Satu-satunya keluarga bani Umayyah yang memeluk Islam tanpa paksaan dan dengan kesadaran sendiri hanyalah Utsman bin Affan. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, mulai diadakan perluasan wilayah untuk membangun satu pemerintahan Islam yang kuat dengan cara mendidik generasi-generasi yang kuat. Dalam waktu kurang dari lima puluh tahun, telah terjadi perluasan wilayah yang cukup besar, diiringi dengan didirikannya mesjid-mesjid, sekolah-sekolah baik di kota maupun di desa-desa, sebagai simbol dari syiar Islam, sehingga Islam meluas sampai ke Syam, Irak, Mesir, Yaman dan daerah lainnya. Jadi, tidak mengherankan jika pada saat itu di beberapa lembaga pendidikan muncul tokoh-tokoh luar Arab. Dari Mesir lahir ahli dalam bidang Fiqh, Bahasa dan Hadits. Hal ini merupakan satu keberhasilan terhadap dakwah islamiyyah sebagaimana yang diharapkan.
Dalam perspektif sejarahwan, dikatakan bahwa pemerintahan Bani Umayyah bercorak kearaban, hal ini disebabkan pengaruh budaya dan tradisi Arab masih kental dalam pemerintahannya, seperti bahasa yang digunakan, pejabat-pejabat yang berkuasa serta mata uang yang digunakan semuanya memiliki nilai-nilai kearaban. Namun demikian, nilai-nilai kearaban tersebut tidak membuatnya menjadi kerdil bahkan sebaliknya Islam dapat tersebar ke berbagai pelosok dan kawasan dunia. Islam sampai ke daratan Eropa seperti Spanyol dan Perancis serta pedalaman-pedalaman benua Asia bahkan Islam menjadi salah satu kekuatan politik yang menguasai dunia. Di tengah kuatnya dominasi politik dan luasnya wilayah yang dikuasai, maka Islam sebagai agama ikut menyusul di belakangnya sehingga Islam sampai ke berbagai belahan dunia. Namun demikian tidak berarti bahwa Islam dikembangkan dengan kekuasaan bahkan sebaliknya Islam memberikan kebebasan kepada penduduk yang dikuasai untuk tetap memeluk agamanya tanpa melakukan pemaksaan. Islam tetap disampaikan dengan cara-cara yang damai, tanpa paksaan. Bahkan di beberapa wilayah yang dikuasai Islam, sampai saat ini masih ditemukan penduduknya yang masih beragama Kristen karena kepada mereka diberikan hak untuk menentukan agama yang akan dianutnya. Sementara, secara historis Bani Abbas merupakan dinasti kedua yang lahir dalam lintasan sejarah Islam di dunia. Bani Abbas didirikan oleh Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbas atau lebih dikenal dengan nama Abu al-Abbas al-Safah pada tahun 750 M dan mengalami kehancuran secara politik pada tahun 1258 M oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Jenghiz Khan.
Pemilihan nama Abbasiyah merupakan salah satu strategi penggalangan massa dalam usaha mendapatkan dukungan masyarakat. Bagaimanapun, nama Abbas paman nabi merupakan salah satu garansi awal berkembangnya Bani ini. Diharapkan dengan membawa nama Abbas, masyarakat akan mudah terpengaruh, karena dia adalah paman kandung nabi, sementara Umayyah Bani yang berkuasa saat itu merupakan salah seorang tokoh zaman jahiliyyah. Abbas adalah paman Nabi Muhammad dari golongan Hasyim di Makkah. Keturunan ini, mengklaim legitimasi di mata orang-orang saleh, sesuatu yang tidak dimiliki Bani Umayyah. Berbeda dengan Bani Umayyah, maka para khalifah Bani Abbas menggunakan gelar kehormatan agar dapat mempertahankan jabatan khalifah, suatu hal yang tidak pernah dikenal oleh Bani Umayyah. Dengan gelar-gelar ini mereka mengklaim bahwa pemerintahan Bani Abbas mendapatkan dukungan Tuhan. Pada tahun 758 ibukota dan pusat pemerintahan, dipindahkan ke Bagdad. Pemindahan ibu kota ke Bagdad karena dianggap sebagai tempat yang sangat cocok bagi segala kebutuhan kemaharajaan Abbasiyah. Berbeda dengan Bani Umayyah, maka periode Dinasti Bani Abbas dikatakan bersifat internasional. Salah satu cirinya adalah bahwa dalam beberapa priode Bani ini pernah dikuasai oleh khalifah non Arab, atau dalam beberapa periode Bani ini pernah dikuasai oleh Bani-Bani kecil dan adanya Bani-Bani kecil di sebelah timur dan sebelah barat Bagdad. Apalagi sebelum dikuasasi, wilayah ini merupakan wilayah yang berada di bahwah kekuasaan Persia.
Kota Baghdad, Bashrah dan Kufah menjadi pusat kegiatan dakwah dan pusat kebudayaan Islam. Selain itu, Baghdad tumbuh sebagai ibu kota bahkan kota tersebut menjadi kota internasional yang makmur dan mewah. Tidak mengherankan jika pada periode Bani Abbas ini dikatakan sebagai dinasti yang bercorak internasional. Dikatakan internasional karena Bahasa yang digunakan tidak hanya Bahasa Arab saja, demikian pula kebudayaan yang berkembang menjadi lebih beragam dan khalifah-khalifah yang memerintah tidak lagi asli Arab. Berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat itu menjadi salah satu media yang ikut mendukung berkembangnya dakwah islamiyah. Dakwah menyebar ke berbagai wilayah bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Dakwah tersebar melalui lembaga-lembaga pendidikan dan melalui pergerakan para ulama dari berbagai bidang ilmu yang melakukan perjalanan panjang dari satu kota ke kota yang lain.

Komentar

Postingan Populer