Langsung ke konten utama

Unggulan

SEJARAH DAN MODEL GERAKAN KEILMUAN ISLAM: Kritik, Misi, dan Peran Perguruan Tinggi Islam

Penulis: Arif Budi Raharjo



Kajian bertema keilmuan selalu aktual untuk diperdebatkan. Cukup banyak kajian pada tema tersebut yang telah dilakukan oleh para sarjana muslim klasik maupun kontemporer, baik yang mengfokuskan kajiannya pada konsep filosofis keilmuan itu sendiri ataupun berkaitan dengan aspek metodologis perihal pengembangannya dalam gerakan keilmuan serta implementasinya dalam praksis pendidikan Islam. Beberapa kajian yang telah dilakukan oleh para sarjana muslim kontemporer diantaranya dilakukan Osman Bakar yang mengkaji mengenai hierarkhi ilmu pengetahuan. Kajian berupa disertasi ini diterbitkan dengan judul Classification of Knowledge in Islam: A Study in Islamic Philosophies of Science (klasifikasi ilmu pengetahuan dalam Islam: suatu kajian dalam filsafat ilmu Islam). 

Dalam kajiannya Bakar mengklasifikasikan keilmuan Islam dalam perspektif epistemologis menjadi tiga tipologis yang masing-masing diwakili oleh tokohnya. Penelitian Bakar menjadi sangat relevan karena memberikan landasan filosofis yang kokoh bagi gerakan keilmuan Islam modern khusunya gerakan Islamisasi ilmu atau sains. Bakar memilih tiga tokoh pemikir muslim yang menurutnya representatif mewakili tiga periode perkembangan pemikiran atau keilmuan sekaligus sebagai tiga mainstream pemikiran Islam, meraka adalah al-Farabi, Al-Ghazali dan Qutb al-Din al-Shiraji.   Sampling tiga tokoh pemikir muslim ini disetujui oleh Seyyed Hosein Nasr dalam pengantar buku tersebut. 

Al Farabi mewakili filosof-ilmuwan Peripatetik (masha'ii) karena klasifikasi ilmunya paling berpengaruh pada periode awal sejarah Islam bahkan berpengaruh terhadap pemikiran Barat pada abad pertengahan. Memilih al-Ghazali seorang teolog Asy'ariyah sekaligus sufi dan figur paling berpengaruh di antara para pemikir Islam yang klasifikasi ilmunya berpengaruh besar kepada umat Islam mulai periode Seljuq hingga masa dewasa ini. Terakhir, Quthb al-Diin al-Shirazi seorang komentator Sahrawardi dan aliran Mazhab Ilmuminasi (Ishraqiiyah), adalah filosof yang menenggelamkan diri dalam filsafat Ibn Sina. Dalam kesimpulannya, Bakar menilai bahwa pandangan filsafat Al-Farabi, Al-Ghazali dan Al-Syirazi masih signifikan dijadikan sebagai landasan filosofis bagi upaya Islamisasi sain. 

Di tanah air, kajian tentang paradigma keilmuan ditulis oleh Sudarnoto Abdul Hakim dan beberapa dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Kajian ini disusun sebagai draft pengembangan akdemik bertajuk "Integrasi Keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menuju Universitas Riset". Dalam kajian tersebut dibedakan tiga paradigma keilmuan yaitu paradigma sekuler, Islamisasi, dan integrasi. Selanjutnya paradigma integrasi dibedakan menjadi tiga tipe yakni integrasi integratif, integrasi integralistik dan integrasi dialogis. 

Integrasi integratif, paradigma ini mengandaikan bahwa sumber ilmu adalah satu (Tuhan) sehingga seluruh ilmu di masukkan ke dalam satu kotak. Sumber-sumber lain yakni indera, akal dan intuisi sebagai penunjang. Wahyu menjadi sumber etis, estetis dan logis, wahyu (Tuhan) menempati hierarkhi tertinggi di atas sumber lain.  Integrasi integralistik adalah sama dengan paradigma integratif bedanya terletak pada perlakuan terhadap hubungan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Tuhan dipandang sebagai sumber segala ilmu sehingga sumber lain sebagai bagian dariNya.  Integrasi dialogis adalah paradigma terbuka yang menghormati eksistensi jenis ilmu yang ada. Ilmu dapat bersumber dari agama dan ilmu sekuler yang diasumsikan dapat saling bertemu dan mengisi secara konstruktif. Selanjutnya paradigma ini yang dinilai bersifat universal, bahwa prinsip dan ukuran yang dipakai dalam ilmu adalah sama, harus dapat dibuktikan secara rasional ataupun faktual.  Menurut katagorisasi tersebut UIN Jakarta dimasukkan dalam paradigma integrasi dialogis.  

Kajian hampir sama dengan yang dilakukan oleh Sudarnoto yang bersifat rekam jejak gerakan keilmuan Islam modern tetapi lebih fokus di ranah praksis kependidikan Islam dilakukan oleh Abudin Nata dan beberapa dosen UIN Syarif Hidayatullah. Hasil kajian yang menyertakan data-data empiris tersebut diterbitkan dalam buku berjudul "Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum". Dalam kajian tersebut dikemukakan berbagai model dan metode integrasi ilmu dengan mengetengahkan kasus perkembangan IAIN menjadi UIN sebagai ilustrasi model kasus integrasi ilmu.

Ketiga kajian yang telah diuraikan, mencoba untuk menelaah topik keilmuan Islam pada wilayah pemikiran epistemologis. Kajian Osman Bakar dan Sudarnoto misalnya, sepenuhnya menyelami aspek epistemologis dengan mengkomparasikan antar tokoh pencetusnya. Sedangkan kajian yang dilakukan Abudin Nata mengurai implementasinya di ranah pendidikan tinggi Islam. Kajian dalam buku ini sedikit berbeda karena berusaha untuk merekonstruksi ulang dalam spektrum sejarah dan dinamika praksis keilmuan yang penulis sebut sebagai gerakan keilmuan Islam.

Dalam konteks pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muslim yang rahmatan lil alamin, diharapkan para pelajar dan sarjana muslim tidak hanya mampu mengadopsi dan beradaptasi dengan sain modern dan keadaan zaman apa adanya, tetapi dibutuhkan kemampuan untuk memprediksi, mengantisipasi hingga mengarahkan proses perubahan agar tetap menuju kemajuan dan kesejahteraan semesta. Pendidikan Islam karenanya memiliki misi untuk menanamkan worldview Islam (atau Islami) yang sekaligus menjadi manifestasi akan keluhuran, keunggulan dan keuniversalan keilmuan Islam sebagai proyeksi nilai-nilai eternal ajaran Islam. 

Pertanyaannya adalah sudahkah para pendidik sebagai ujung tombak pengemban amanat pendidikan Islam telah cukup memiliki pemahaman komprehensif tentang gerakan keilmuan dalam Islam?. Adalah hal yang sangat mudah untuk dipahami (logis) apabila pendidikan yang dimaknai sebagai ikhtiar penanaman dan pengembangan worldview Islam hanya dapat dilakukan mana kala para pendidiknya sendiri telah memiliki worldview tersebut. Di sisi lain, kemajuan sain modern dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi yang telah melahirkan beragam media, memberi ruang teramat luas bagi siapapun untuk belajar dan atau memperoleh informasi, pengetahuan, wawasan dan insight lebih dalam. Hal tersebut berarti bidang pendidikan yang berintikan proses pembelajaran secara langsung perlu lebih memberikan bekal pikiran dan sikap kritis kepada peserta didik untuk lebih mampu memiliha, memilih, menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agar dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan global. 

Berdasarkan hal di atas, diperlukan pemahaman dan kesadaran bagi seluruh pelaku pendidikan Islam khususnya para pendidik, untuk selanjutnya dapat memikirkan tentang strategi pengembangan ilmu dan transformasinya dalam kurikulum di seluruh jenjang pendidikan khususnya perguruan tinggi Islam. Oleh karena itu diskursus dan aksi Gerakan Keilmuan Islam Modern (GKIM) ini perlu terus didiseminasikan demi terbangunnya kesadaran kritis dalam melihat dan memaknai realitas kehidupan dan keilmuan kekinian. Semoga Buku ini dapat menjadi referensi bagi para guru, mahasiswa, pendidik, ataupun peneliti di bidang kependidikan Islam. 

Buku ini adalah edisi revisi dari buku bertajuk GKIM di Indonesia, revisi dilakukan dengan mengfokuskan dan mengsistematikakan kembali tema kajian sejarah dan model gerakan keilmuan Islam. Dari segi metodologis, kajian dalam buku in berbeda dari edisi pertama, analisis yang semula hanya mengikuti alur diskursus bersifat kronologis, pada kajian ini analisis wacana dibuat dalam sub-sub tema (topik) mengikuti logika induktif. Pendapat, opini dan pernyataan para ilmuwan yang mengkaji keilmuan Islam dikomparasikan secara reflektif dengan lebih ketat memperhatikan aspek kontekstualnya. 

Sebagai buku referensi, dengan pengfokusan, sistematisasi ulang berdasar sub-sub topik diharapkan lebih menarik dan mudah untuk dipahami oleh para mahasiswa, sarjana dan pendidik muslim di segala bidang ilmu. Semoga buku ini dapat sebagai bahan refleksi dan evaluasi untuk memajukan praksis pendidikan Islam di tanah air. Tentu masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini, karenanya saran masukan dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan dan keshahihannya. 


Yogyakarta, Agustus 2022 M

Muharam 1444 H



Arif Budi Raharjo



Cetakan Pertama : Agustus 2022
ISBN
Penulis: Arif Budi Raharjo
Editor: Shohifullah
Layout & Desain Sampul: Laela Graphic Studio
Penerbit :
MANGGAR PUSTAKA
Kampung Setran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55782 
Telp. 0817-5420-755, 0811-2957-848




Komentar

Postingan Populer